Pembekalan Kaderisasi Bela Negara Sidoarjo siap 24 jam ! dengan semboyan "guyup rukun agawe santoso manunggal sawijine ayem tentrem" bersama aparat pemerintah,Toga,Tomas dan Toda di wilayah kecamatan balongbendo.
Termasuk perwakilan dari PC LDII BALONGBENDO yang ikut pembekalan tersebut dengan tujuan mengantisipasi dan mencegah terjadinya ajaran radialisme dan ajaran-ajaran yang bersifat terorisme.
Dengan demikian LDII juga ikut berperan aktif dalam bela negara dan ikut memerangi terorisme yang mengancam keselamatan masyarakat dan negara kita yang tercinta ini.
laman
- Beranda
- Sejarah
- Tujuan
- Visi dan misi
- Motto
- Sahnya LDII
- Struktur Organisasi
- Kegiatan
- Metode Pengajaran
- Sumber Hukum LDII
- Pondok Pesantren LDII
- Anggaran Dasar LDII
- Sumber Pendaanaan LDIII
- LDII Online
- LDII.TV
- LANTABUR TV
- Peta
- Al-Qur'an
- Foto
- Video
- Tips dan trik
- Al qur'an Hadist Online
- Download
- Tips Kesehatan
- Aplikasi Pembagian Waris
- Anggaran Rumah Tangga LDII
Senin, 26 Maret 2012
Sabtu, 24 Maret 2012
PERAN PENTING ORANG TUA
Di dalam membina dan mendidik anak-anak agar setelah dewasa menjadi orang yang berguna bagi agama, bangsa dan negara, maka peran serta orang tua sangat diperlukan. Jangan sampai putra-putri kita hanya dipasrahkan pada perguruan semata, namun kesertaan orang tua turut menentukan akan kebaikan masa depan anak-anaknya.
Ada hal yang perlu diperhatikan oleh setiap orang tua di dalam mendidik putra-putrinya, mereka di tuntut terlebih dahulu untuk memberikan contoh teladan yang baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Kita sama menyadari bahwa perkembangan jiwa anak, terlebih-lebih di bawah ukuran baligh adalah mempunyai instink atau naluri mudah meniru.
Kalau kedua orang tuanya selalu bertengkar atau mengeluarkan ucapan kotor, maka anaknya akan menirukan perkataan atau perbuatan orang tuanya pada teman-teman mainnya.
Dengan demikian secara tidak sadar berarti kedua orang tuanya telah menanamkan benih-benih moral yang jelek.
Kalau benih tersebut tidak segera di brantas dan diobati, maka dapat berkembang subur sampai anak itu meningkat dewasa. Pada tingkat ini tentunya tambah sulit untuk meluruskanya kembali. Benar apa yang dikatakan peribahasa jawa yang berbunyi "Ing ngarsa sung tulada" artinya yang di atas harus dapat memberikan contoh yang baik bagi orang yang di bawah. Untuk itu kedua orang tua sebagai pimpinan dalam rumah tangga harus dapat memberikan suri teladan yang baik bagi putra-putrinya. Imam Al Ghozali seorang ulama besar dalam bidang tatsauf memberikan gambaran bahwa anak itu ibarat kertas putih yang bersih, belum ternoda oleh coretan apapun, tergantung kedua orang tuanya akan memberikan gambaran atau lukisan apa pada kertas tesebut. Kalau kedua orang tuanya memberikan lukisan yang baik, insya ALLOH anak tersebut akan menjadi orang yang baik, namun sebaliknya bila di berikan lukisan atau coretan yang buruk, maka dapat merusak dan meracuni perkembangan jiwa anak tersebut. Baginda Nabi Muhammad saw pernah bersabda:
كل مولود يولد علي الفطرة حتى يعرب عنه لسانه فاًبواه يهودانه او ينصرانه او يمجسانه
Artinya : Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci sehingga anak itu dapat berkata, maka terserah pada kedua orang tuanya mau dijadikan yahudi, nashroni atau majusi. (Riwayat At-Tabrani dal Al-Baihaqi).
Kalau kita simak sejenak apa yang telah disabdakan oleh Baginda Nabi Muhammad saw memberi arti betapa besarnya pengaruh peran orang tua terhadap perkembangan jiwa anak-anaknya. Pendidikan orang tua terhadap anak akan menimbulkan kebutuhan timbal balik yang positif, sebaliknya mengabaikan pendidikan akan menimbulkan kesenjangan yang negatif.
Seorang pendeta ternama di Amerika bernama Billy Graham pernah mengadakan orientasi ke lapangan mengajak para generasi muda untuk berbicara dari hati ke hati. Dari hasil diskusi dengan sejumlah pemuda, dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa generasi muda merasa tidak puas akan kebijaksanaan yang telah diterapkan oleh generasi tua. Mereka menganggap generasi tualah yang tidak becus.
Salah seorang anak mengancam akan keluar dari perguruan, lalu bapaknya bertanya : "Kenapa engkau berbuat begitu, seolah-olah engkau tidak berterima kasih kepada ibu bapakmu yang telah bersusah payah membesarkan kamu. Apakah kekuranganya lagi, semua sudah aku beri?". jawab anak itu : "Ya karena justru semua sudah di berikan padaku, akan tetapi apa yang tidak diberikan padaku ialah pimpinan jiwa". Dari kejadian di atas menunjukkan betapa besarnya tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya, bukan hanya sebatas memberi makan, minum, pakaian, dan biaya study saja, namun yang lebih penting dari itu adalah mendidik jiwa anak itu dengan menanamkan keyakinan agama yang kuat, agar jiwa anak tersebut tidak kosong.
Sangat disayangkan, justru masalah pengisian rohani yang banyak diabaikan oleh para orang tua, terlebih-lebih yang hidup di kota-kota besar, hampir setiap sa'at mereka disibukkan oleh urusan bisnis, pekerjaan dan lain-lain. Dengan demikian hilanglah perhatian orang tua pada anak-anaknya, sehingga seakan-akan hubungan orang tua terlepas, anak berontak terhadap orang tua mencari jalan sendiri-sendiri. Di barat sudah terjadi, dimana generasi muda melontarkan ucapan atau cacian pada generasi tua.
Apa kata mereka : "Bukan kami yang menghilangkan batas-batas baik dan buruk itu, bukan kami yang membuat gambar-gambar porno, bukan kami yang memproduksi dan mengedarkan film-film sex atau film blue, bukan kami yang mendirikan tempat-tempat pelacuran, tapi mereka generasi tua".
Kalau sudah demikian kritisnya generasi muda menela'ah suatu masalah, apa yang akan diperbuat generasi tua, tidak ada jalan lain kecuali lebh instropeksi dan mawas diri. Dan perlu diingat bahwa kejayaan generasi muda sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan di masa mendatang tidak dapat dipisahkan dengan tanggung jawab para generasi tua.
Jangan sampai generasi tua mewariskan generasi yang lemah, loyo, dan bobrok, tidak mampu berbuat sesuatu yang berguna bagi kepentingan perjuangan dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, sekaligus menumpas segala bentuk kebatilan. Baginda Nabi Muhammad saw telah mengingatkan pada kita semua akan pentingnya meninggalkan generasi yang kuat, agar dapat berbuat untuk kejayaan agama, bangsa dan negara.
Sabda Beliau :
انك ا ن تذ رثتك اغنيا خيرا من ا ن تذ رهم علة يتكففون الناس
Artinya : Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan anak-anakmu (generasi penerus) dalam keadaan kecukupan daripada meninggalkan mereka lemah (loyo) menjadi beban atau tanggungan orang lain. (Riwayat Imam Bukhori dan Muslim).
Generasi muda yang loyo, tentu tidak dapat diandalkan untuk membawa ummat Islam ke arah yang lebih baik kondisinya dimasa depan, bahkan kemungkinan ummat Islam akan lebih terpuruk lagi. Saat ini saja kita sudah sangat prihatin melihat tingkah laku dan sepak terjang para generasi penerus. Rasa malu berbuat maksiat hampir sudah tidak dimiliki lagi, kebanyakkan mereka menghabiskan waktu untuk bermabuk-mabukkan, membanggakan free sex atau pergaulan bebas dan lain-lain. Dalam ajaran Islam rasa malu untuk berbuat maksiat merupakan salah satu cabang dari keimanan.
Sabda Rosul saw :
ا ن رسوالله صلى الله عليه و سلم قال الايمان بضع وسبعون اوبضع وستون شعبه
فا فضلها قول لااله الاالله واد ناها اما طة الاذى عن الطريق والحياء شعبة من الايمان
Artinya : Sesungguhnya Rosululloh saw bersabda : Iman itu lebih dari tujuh puluh atau lebih dari enam puluh cabang rantingnya, yang terutamanya ialah kalimat "Tiada Tuhan Kecuali ALLOH", dan serendah-rendahnya ialah menyingkirkan duri (gangguan) di tengah jalan, dan rasa malu (berbuat maksiat) adalah bagian dari cabang iman. (Hadist diriwayatkan Imam Muslim).
Untuk itu sejak dini orang tua harus menanamkan rasa malu pada anak-anaknya dengan cara memberikan pendidikan agama.
Peninggalan orang tua sebagai warisan untuk anak-anaknya yang sangat penting adalah ilmu. Dengan ilmu yang cukup mereka dapat hidup mandiri guna menyongsong kehidupan yang lebih baik lagi.
JIWA YANG KOSONG
Para orang tua tentunya sangat mendambakan kebaikan bagi masa depan putra putrinya. Banyak yang menginginkan agar anak-anaknya menjadi orang ternama dan mempunyai kedudukan. Untuk itu mereka tidak segan-segan mengeluarkan lembaran rupiah dalam membiayai pendidikan anak-anaknya dari TK sampai pada tingkat perguruan tinggi.
Sudah tak terhitung biaya yang telah dikeluarkan untuk kepentingan tersebut. Kepercayaan sepenuhnya dipasrahkan pada perguruan, mereka beranggapan bahwa perguruan atau universitas adalah merupakan benteng yang kokoh untuk membina ilmu pengetahuan sekaligus membina pribadi-pribadi untuk menjadi pemimpin atau orang ternama. Sayang anggapan yang demikian itu tidaklah semuanya benar, karena waktu diperguruan sangat terbatas, sedang dirumah dan diluar lebih banyak. Sudah menjadi kenyataan banyak dari siswa maupun mahasiswa yang mengalami drop out, bukan semata-mata karena kekurangan biaya study, malah sebaliknya berlebihan tapi jiwa mereka yang kosong, hampa dan kegelisahan selalu mencekam diri mereka, akibatnya bagi yang tidak kuat imannya akan mudah terjerumus dalam pergaulan bebas, free sex, saman leven, kumpul kebo dan lain-lainnya. Sebagian lainnya mengambil jalan pintas dengan menghisap candu, ganja, narkoba maupun morpin, itu bermula hanya sekedar untuk menghilangkan rasa kegelisahan tersebut. Semua itu dilakukan hanya untuk menutupi jiwa yang kosong. Mereka sudah kehilangan pegangan, tidak ada pimpinan jiwa yang menuntun mereka, sementara disisi lain orang tua mereka kurang memberi perhatin dan bimbingan.
Betapa pentingnya peranan jiwa ( hati nurani ), bagi kelangsungan hidup manusia. Disini dapat kita ibaratkan jasad manusia bagaikan rangka kendaraan, dimana jiwa itu sendiri berfungsi sebagai motornya, bila hati nurani itu bersih akan dapat menggerakkan seluruh anggota badannya pada perbuatan yang terpuji dan dapat memberikan kemaslahatan pada dirinya dan orang lain. Tetapi sebaliknya, bila jiwa ( hati nurani ) manusia telah diracuni oleh bentuk perbuatan tercela yang dapat merugikan bagi diri sendiri dan orang lain.
Dalam hal ini Baginda Nabi Muhammad saw pernah besabda :
ا ن فى ا لجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسد ت فسدالجسد كله وهي القلب
Artinya : Dalam diri manusia itu ada segumpal darah, bila baik atau bersih, maka baik seluruh pengamalannya, sebaliknya bila darah segumpal itu jelek, maka tercelah semua perbuatannya. Dan yang dimaksud oleh Beliau adalah hati.
( Riwayat Bukhori dan Muslim ).
Pada dasarnya perilaku manusia sehari-hari adalah merupakan cerminan hati dari diri manusia itu sendiri. Kalau perbuatan atau tingkah laku manusia itu baik, maka dapat dipastikan hatinya baik dan penuh kekhusu'an.
Dan mustahil pula pada diri manusia yang berperangi jelek, penghasut, pemabuk, pemerkosa, dan pembunuh mempunyai hati yang baik dan mulia bahkan sebaliknya dapat dipastikan hatinya jelek penuh dengan titik noda.
Dengan demkian nyatalah bahwa suasana batin akan mewarnai segala bentuk suasana lahir.
Sabda Nabi Muhammad saw :
لوخسع قلب هذا خشعت جوارحه
Artinya : Seandainya hati ini khusu’ ( baik ), maka akan khusu’ ( baik ) pula semua anggota badan lahiriyahnya. ( Al hadits ).
Diperkuat pula oleh Abu Hafsh r.a. berkata :
حسن اد ب الظا هرعنوان حسن اد ب البا طن
Artinya : Kebaikan adab lahir itu sebagai pertanda kebaikan adab batin.
Adapun kebaikan lahiriyah yang di buat-buat guna menutupi niat buruk dan kejahatan dalam hatinya, maka pada suatu saat akan tercium dan terlihat perangai jahat yang sebenarnya, bak kata petatah “sepandai-pandai orang menyimpan bangkai lambat laun akan tercium juga” hal di atas senada dengan apa yang telah diungkapkan oleh ulama besar Imam Ibnu Athoilah Askandariyah pernah berkata : ”sesuatu yang tersimpan dalam rahasia hati yang tersembunyi, akan jelas dan nyata terlihat dalam pandangan mata”.
Hati tak ubahnya bagaikan tanaman apabila selalu mendapat siraman ilmu berupa firman-firman ALLOH dan tuntunan dari RasulNYA dapat bersemi dan tumbuh iman dan taqwa pada diri manusia serta membuahkan akhlaqul karimah atau perangai mulia dan terpuji.
Jiwa yang bersih dapat terbentuk sejak manusia dilahirkan dengan cara menanamkan benih-benih akidah ( keyakinan ) terhadap ajaran agama.
Hati yang dipenuhi keyakinan terhadap kebesaran Sang Maha Pencipta akan melahirkan rasa sakinah ( ketrentraman )karena mempunyai sandaran yang kuat pada ALLOH ( Tsiqoh billah ), maka akan terbentuk pada dirinya satu kekuatan yang tangguh didalam menghadapi besarnya tantangan hidup yang menerpanya.
Dalam hati terpatri oleh suatu keyakinan yang mantap, tidak ada satu kekuatan di alam ini yang dapat melebihi dari kekuatan DZAT Yang Maha Kuat ( ALLOH ).
Apapun kehendakNya dapat terjadi diluar perkiraan manusia. Dan ia yakin akan segala pertolongan dari ALLOH yang telah dijanjikan. Dapat kita lihat perjalanan hidup para Nabi dan Rosul, dengan bersandar pada ALLOH. Sedikitpun mereka tiada goyah dan mundur dalam menghadapi musuh-musuh ALLOH. Bagaimana Musa as dengan sangat berani berbantah dihadapan raja Fir’aun yang terkenal sangat kejam. Dapat kita bayangkan bagaimana besarnya kekuasaan Fir’aun pada waktu itu, apapun perintahnya akan dilaksanakan oleh para pengikutnya tanpa reserve. Namun Nabi Musa tidak dapat dilepaskan dari sifat manusiawinya, tatkala berhadapan dengan tukang-tukang sihir Fir’aun, hampir saja ia kehilangan tsiqoh billahnya, sehingga dalam hatinya muncul perasaan gelisah atau takut, apakah sanggup untuk menandingi kehebatan tukang-tukang sihir.
Disaat itulah ALLOH menguatkan sandaran hatinya, dengan firmanNya :
} فاوجس في نفسه خيفة موسى(67) قلنالاتخف انك انت الاعلى(86) والق ما في يمينك تلقف ماصنعواانماصنعواكيد سخرولايفلح السخرحيث اتى (69
È
Artinya : Maka Musa merasa takut dalam hatinNya ( tatkala melihat ular-ular tukang sihir ) Kami ( ALLOH ) berkata : “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul ( menang ). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat .
Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir belaka. Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. (Surat Thoha : 67-69).
Begitu mendengar firman ALLOH di atas, kembali hati Musa dipenuhi oleh tsiqoh billah, maka dengan izin ALLOH disertai keteguhan hatinya, ia dapat mengalahkan semua tukang sihir raja Fir'aun.
Begitu pula dengan Nabi Ibrahim as., karena tsiqohnya bulat pada ALLOH, sedikitpun hatinya tiada merasa takut manakala kobaran api menyala-nyala menjilati dirinya, sebuah unggun api yang disiapkan oleh tirani Namrud untuk menghanguskan tubuh Nabi Ibrahim as. Dengan idzin ALLOH api yang panas seketika menjadi dingin, maka selamatlah Nabi Ibrahim as. Sebagaimana Firman ALLOH dalam surat Al-Anbiya ayat 68 - 69 :
Artinya : Mereka berkata : "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan ( berhala ) kamu, jika benar-benar kamu hendak berbuat.(68). Kami berfirman : "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatan atas Ibrahim.(69).
Rasa tsiqoh billah yang tinggi juga dimiliki Nabi Muhammad saw, bagaimana dengan kekuatan hatinya beliau mencoba menentramkan hati Abu Bakar, yang saat itu gemetar karena hatinya merasa gelisah akan keselamatan diri junjungannya, tatkala ia melihat dari cela-cela lubang gua nun jauh di bawah terlihat ratusan orang kafir quraisy dengan senjata terhunus di tangan mereka. Dan pada saat itulah Nabi Muhammad saw dengan mantap menyakinkan diri sahabatnya, sebagaimana tercantum dalam firman ALLOH :
žwÎ) çnrãÝÁZs? ô‰s)sù çnt|ÁtR ª!$# øŒÎ) çmy_t÷zr& tûïÏ%©!$# (#rãxÿŸ2 š†ÎT$rO Èû÷üoYøO$# øŒÎ) $yJèd †Îû Í‘$tóø9$# øŒÎ) ãAqà)tƒ ¾ÏmÎ7Ås»|ÁÏ9 Ÿw ÷bt“øtrB žcÎ) ©!$# $oYyètB ( tAt“Rr'sù ª!$# ¼çmtGt^‹Å6y™ Ïmø‹n=tã ¼çny‰ƒr&ur 7ŠqãYàfÎ/ öN©9 $yd÷rts? Ÿ@yèy_ur spyJÎ=Ÿ2 šúïÏ%©!$# (#rãxÿŸ2 4’n?øÿ¡9$# 3 èpyJÎ=Ÿ2ur «!$# š†Ïf $u‹ù=ãèø9$# 3 ª!$#ur ͕tã íOŠÅ3ym ÇÍÉÈ
Artinya : Ketika keduanya ( Nabi Muhammad saw dan Abu bakar ) berada dalam gua, di waktu dia ( Muhammad ) berkata : "Janganlah kamu berduka cita. Sesungguhnya ALLOH beserta kita" Maka ALLOH menurunkan sakinahNya kepada ( Nabi Muhammad ) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya ( Malaikat ), dan ALLOH menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat ALLOH itulah yang tinggi, ALLOH Maha perkasa lagi bijaksana ).
( Surat At-Taubah:40 ).
Kalau kita renungkan dari peristiwa-peristiwa di atas, betapa pentingnya peranan jiwa (hati) yang tenang di dalam menegakkan dan memperjuangkan kebenaran.
Dalam hati yang tentram akan mudah bersemi rasa iman, yang lambat laun akan terhujam kokoh serta membuahkan sifat akhlaqul karimah. Firman ALLOH dalam Surat Al-Fath ayat 4 berbunyi :
uqèd ü“Ï%©!$# tAt“Rr& spoY‹Å3¡¡9$# ’Îû É>qè=è% tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#ÿrߊ#yŠ÷”zÏ9 $YZ»yJƒÎ) yì¨B öNÍkÈ]»yJƒÎ) 3 ¬!ur ߊqãZã_ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur 4 tb%x.ur ª!$# $¸J‹Î=tã $VJ‹Å3ym ÇÍÈ
Artinya : Dia ALLOH adalah DZAT yang telah menurunkan rasa sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang mu'min supaya bertambah keyakinan (keimanan) bersama iman mereka. Dan bagi ALLOH semua bala tentara yang ada di langit dan di bumi. Dan adalah ALLOH, Maha Memngetahui dan Menghukumi.
Dengan mendekatkan diri kepada ALLOH, maka hati manusia akan dapat menjadi baik, jauh dari sifat-sifat yang tercela. Sebaliknya bila hati manusia jauh dari tuntunan agama, maka hati itu akan menjadi beku dan keras, sehingga sulit untuk diarahkan pada perbuatan yang baik.
Kalau sudah demikian akan berpengaruh besar pada gerakkan jasad yang telah dipenuhi nafsu angkara murka di dalam melakasanakan berbagai bentuk kejahatan.
ALLOH telah mengingatkan kita dengan firmannya :
§NèO ôM|¡s% Nä3ç/qè=è% .`ÏiB ω÷èt/ šÏ9ºsŒ }‘Îgsù Íou‘$yÚÏtø:$$x. ÷rr& ‘‰x©r& Zouqó¡s% 4 ¨bÎ)ur z`ÏB Íou‘$yfÏtø:$# $yJs9 ã¤fxÿtFtƒ çm÷ZÏB ã»yg÷RF{$# 4 ¨bÎ)ur $pk÷]ÏB $yJs9 ß,¤)¤±o„ ßlã÷‚uŠsù çm÷YÏB âä!$yJø9$# 4 ¨bÎ)ur $pk÷]ÏB $yJs9 äÝÎ6öku‰ ô`ÏB ÏpuŠô±yz «!$# 3 $tBur ª!$# @@Ïÿ»tóÎ/ $£Jtã tbqè=yJ÷ès? ÇÐÍÈ
Artinya : Kemudian keras hati kamu sesudah demikian ALLOH perlihatkan kebesaranNya, maka hatimu bagaikan batu bahkan lebih keras dari batu. Sesungguhnya kerasnya batu masih dapat dipecahkan oleh aliran sungai dan darinya dapat memancarkan air. Dan sesungguhnya tatkala batu berguling semata karena takut kepada ALLOH. Dan tidaklah ALLOH melupakan terhadap apa-apa yang kamu kerjakan. (Surat Al-Baqoroh : 74).
Dari firman ALLOH di atas dapat kita ketahui, betapa kerasnya hati manusia karena kosong dari siraman Nur Illahi. Pada hati yang keras sukar untuk menerima hidayah dan mudah dijangkit penyakit-penyakit rohani, seperti : sombong, dendam, iri hati, dengki bakhil, hasut dan lain-lain. Sudah berapa banyak korban manusia dari zaman ke zaman yang di akibatkan oleh penyakit rohani, dimana peperangan dan pertumpahan darah terjadi dimana-mana, tiada pernah padam menghabiskan banyak harta benda dan nyawa manusia. Kalau hati sudah dipenuhi nafsu angkara murka dapat merubah watak manusia menjadi sangat kejam melebihi kejamnya binatang buas yang hidup dipadang belantara.
Maka panca indra yang dimiliki tidak berfungsi untuk menerima kebenaran. Jadilah dirinya terseret dalam lembah kesesatan yang amat dalam.
Jauh sebelum manusia diciptakan, ALLOH telah memperingatkan manusia dengan firmanNya :
ô‰s)s9ur $tRù&u‘sŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o„ !$pkÍ5 4 y7Í´¯»s9'ré& ÉO»yè÷RF{$%x. ö@t/ öNèd ‘@|Êr& 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè=Ïÿ»tóø9$# ÇÊÐÒÈ
Artinya : Dan sesungguhnya Kami penuhi neraka jahanam itu kebanyakkan dari bangsa jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dapat memahami kebenaran, dan bagi mereka beberapa mata tetapi tidak mau melihat kebenaran, dan bagi mereka beberapa telinga tetapi tidak mau mendengar pada kebenaran. Demikianlah perumpamaan seperti binatang bahkan lebih sesat lagi. Demikian itu mereka tergolong orang yang lupa. (Surat Al-A'rof : 179)
Kalau kita renungkan firman ALLOH di atas, betapa ruginya manusia bila tidak bisa menggunakan mata hatinya pada kebenaran, maka ia akan hidup dalam penderitaan yang tiada batasnya, terkurung dirinya dalam dekapan api neraka.
Oleh karena untuk keselamatan diri manusia itu sendiri sangat dibutuhkan adanya pimpinan jiwa yang dapat membawa manusia ke jalan yang terpuji, sehingga dapat selamat dari kehancuran, terlebih lebih kesengsaraan hidup dikampung akhirat.
PENYEBAB RUSAKNYA MORAL
Pada era abad kedua puluh ini, dimana manusia telah mampu menciptakan dan mendayagunakan berbagai peralatan teknologi canggih, baik yang berdampak positif maupun negatif. Keberhasilan tersebut telah membawa perubahan yang sangat besar bagi kehidupan anak cucu Adam yang bertebaran di kolong jagad raya ini, terutama disektor industri, perekonomian, perdagangan, pertanian, transportasi, informasi dan lain-lainnya.
Namun dibalik semua itu terdapat luka yang cukup dalam khususnya dibidang moral yang telah mewabah diseantero pelosok penjuru dunia kebanyakan dari ummat manusia asyik lelap terlena terbawa arus gelombang kemewahan yang bersifat duniawi, sementara pada sisi lain mereka lupakan kehidupan yang bersifat ukhrowi. Dalam kondisi yang demikian itu, maka lahirlah kelompok sekulerisme yang ingin hidup bebas tanpa mau diikat oleh norma-norma ajaran agama.
Bahkan ada yang berfikiran bahwa agama merupakan candu atau dengan kategori lain agama dapat menjadi penghalang untuk mencapai kemajuan hidup di alam dunia yang fana ini. Prasangka di atas mencerminkan bahwa dalam diri mereka telah dijangkiti penyakit hati yang tak mudah diobati. Dan lebih fatal lagi penyakit moral tersebut kian hari bertambah membengkak, terutama di kalangan generasi muda. Diantara mereka ada yang merasa bangga dengan memperlihatkan identintas sebagai gabungan dari kelompok geng brutal seperti GAS ( Gabungan Anak-anak Syetan ) dan lain-lain. Yang sangat memprihatinkan lagi kenakalan remaja tersebut bukan hanya dimonopoli oleh anak-anak jalanan bahkan telah merambah sampai pada tingkat para pelajar, sebagaimana yang telah diberitakan oleh beberapa mas media cetak maupun elektronik, dimana telah dimuat berita tentang perkelahian antar siswa dan pengeroyokan serta pemukulan terhadap guru. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa generasi muda sudah mulai bobrok, kalau dibiarkan begitu saja, tidak mustahil akan dapat merugikan bagi kelangsungan masa depan mereka. Dan apa yang akan kita harapkan lebih jauh pada masa-masa mendatang, tentunya kabut suram yang akan menghadang dihadapan kita. Sungguh lebih ironi lagi kalau para generasi tua hanya berpangku tangan tanpa mau berusaha untuk berpartisipasi dalam memperbaiki kondisi yang sudah sedemikian parah. Untuk itu diperlukan jalan keluar ( way out ), dengan cara mempelajari permasalahan apa yang dapat menimbulkan akibat dari problematika di atas.
Sudah menjadi sunnatulloh atau hukum alam, yaitu adanya akibat tentu didahului oleh sebab. Dalam hal ini dapat kita kemukakan beberapa faktor penyebabnya, antara lain :
1. Kekosongan Jiwa ( iman )
2. Peranan orang tua
3. Lingkungan
4. Kebudayaan
5. Tekanan ekonomi
Langganan:
Postingan (Atom)