laman
- Beranda
- Sejarah
- Tujuan
- Visi dan misi
- Motto
- Sahnya LDII
- Struktur Organisasi
- Kegiatan
- Metode Pengajaran
- Sumber Hukum LDII
- Pondok Pesantren LDII
- Anggaran Dasar LDII
- Sumber Pendaanaan LDIII
- LDII Online
- LDII.TV
- LANTABUR TV
- Peta
- Al-Qur'an
- Foto
- Video
- Tips dan trik
- Al qur'an Hadist Online
- Download
- Tips Kesehatan
- Aplikasi Pembagian Waris
- Anggaran Rumah Tangga LDII
Sabtu, 24 Maret 2012
JIWA YANG KOSONG
Para orang tua tentunya sangat mendambakan kebaikan bagi masa depan putra putrinya. Banyak yang menginginkan agar anak-anaknya menjadi orang ternama dan mempunyai kedudukan. Untuk itu mereka tidak segan-segan mengeluarkan lembaran rupiah dalam membiayai pendidikan anak-anaknya dari TK sampai pada tingkat perguruan tinggi.
Sudah tak terhitung biaya yang telah dikeluarkan untuk kepentingan tersebut. Kepercayaan sepenuhnya dipasrahkan pada perguruan, mereka beranggapan bahwa perguruan atau universitas adalah merupakan benteng yang kokoh untuk membina ilmu pengetahuan sekaligus membina pribadi-pribadi untuk menjadi pemimpin atau orang ternama. Sayang anggapan yang demikian itu tidaklah semuanya benar, karena waktu diperguruan sangat terbatas, sedang dirumah dan diluar lebih banyak. Sudah menjadi kenyataan banyak dari siswa maupun mahasiswa yang mengalami drop out, bukan semata-mata karena kekurangan biaya study, malah sebaliknya berlebihan tapi jiwa mereka yang kosong, hampa dan kegelisahan selalu mencekam diri mereka, akibatnya bagi yang tidak kuat imannya akan mudah terjerumus dalam pergaulan bebas, free sex, saman leven, kumpul kebo dan lain-lainnya. Sebagian lainnya mengambil jalan pintas dengan menghisap candu, ganja, narkoba maupun morpin, itu bermula hanya sekedar untuk menghilangkan rasa kegelisahan tersebut. Semua itu dilakukan hanya untuk menutupi jiwa yang kosong. Mereka sudah kehilangan pegangan, tidak ada pimpinan jiwa yang menuntun mereka, sementara disisi lain orang tua mereka kurang memberi perhatin dan bimbingan.
Betapa pentingnya peranan jiwa ( hati nurani ), bagi kelangsungan hidup manusia. Disini dapat kita ibaratkan jasad manusia bagaikan rangka kendaraan, dimana jiwa itu sendiri berfungsi sebagai motornya, bila hati nurani itu bersih akan dapat menggerakkan seluruh anggota badannya pada perbuatan yang terpuji dan dapat memberikan kemaslahatan pada dirinya dan orang lain. Tetapi sebaliknya, bila jiwa ( hati nurani ) manusia telah diracuni oleh bentuk perbuatan tercela yang dapat merugikan bagi diri sendiri dan orang lain.
Dalam hal ini Baginda Nabi Muhammad saw pernah besabda :
ا ن فى ا لجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسد ت فسدالجسد كله وهي القلب
Artinya : Dalam diri manusia itu ada segumpal darah, bila baik atau bersih, maka baik seluruh pengamalannya, sebaliknya bila darah segumpal itu jelek, maka tercelah semua perbuatannya. Dan yang dimaksud oleh Beliau adalah hati.
( Riwayat Bukhori dan Muslim ).
Pada dasarnya perilaku manusia sehari-hari adalah merupakan cerminan hati dari diri manusia itu sendiri. Kalau perbuatan atau tingkah laku manusia itu baik, maka dapat dipastikan hatinya baik dan penuh kekhusu'an.
Dan mustahil pula pada diri manusia yang berperangi jelek, penghasut, pemabuk, pemerkosa, dan pembunuh mempunyai hati yang baik dan mulia bahkan sebaliknya dapat dipastikan hatinya jelek penuh dengan titik noda.
Dengan demkian nyatalah bahwa suasana batin akan mewarnai segala bentuk suasana lahir.
Sabda Nabi Muhammad saw :
لوخسع قلب هذا خشعت جوارحه
Artinya : Seandainya hati ini khusu’ ( baik ), maka akan khusu’ ( baik ) pula semua anggota badan lahiriyahnya. ( Al hadits ).
Diperkuat pula oleh Abu Hafsh r.a. berkata :
حسن اد ب الظا هرعنوان حسن اد ب البا طن
Artinya : Kebaikan adab lahir itu sebagai pertanda kebaikan adab batin.
Adapun kebaikan lahiriyah yang di buat-buat guna menutupi niat buruk dan kejahatan dalam hatinya, maka pada suatu saat akan tercium dan terlihat perangai jahat yang sebenarnya, bak kata petatah “sepandai-pandai orang menyimpan bangkai lambat laun akan tercium juga” hal di atas senada dengan apa yang telah diungkapkan oleh ulama besar Imam Ibnu Athoilah Askandariyah pernah berkata : ”sesuatu yang tersimpan dalam rahasia hati yang tersembunyi, akan jelas dan nyata terlihat dalam pandangan mata”.
Hati tak ubahnya bagaikan tanaman apabila selalu mendapat siraman ilmu berupa firman-firman ALLOH dan tuntunan dari RasulNYA dapat bersemi dan tumbuh iman dan taqwa pada diri manusia serta membuahkan akhlaqul karimah atau perangai mulia dan terpuji.
Jiwa yang bersih dapat terbentuk sejak manusia dilahirkan dengan cara menanamkan benih-benih akidah ( keyakinan ) terhadap ajaran agama.
Hati yang dipenuhi keyakinan terhadap kebesaran Sang Maha Pencipta akan melahirkan rasa sakinah ( ketrentraman )karena mempunyai sandaran yang kuat pada ALLOH ( Tsiqoh billah ), maka akan terbentuk pada dirinya satu kekuatan yang tangguh didalam menghadapi besarnya tantangan hidup yang menerpanya.
Dalam hati terpatri oleh suatu keyakinan yang mantap, tidak ada satu kekuatan di alam ini yang dapat melebihi dari kekuatan DZAT Yang Maha Kuat ( ALLOH ).
Apapun kehendakNya dapat terjadi diluar perkiraan manusia. Dan ia yakin akan segala pertolongan dari ALLOH yang telah dijanjikan. Dapat kita lihat perjalanan hidup para Nabi dan Rosul, dengan bersandar pada ALLOH. Sedikitpun mereka tiada goyah dan mundur dalam menghadapi musuh-musuh ALLOH. Bagaimana Musa as dengan sangat berani berbantah dihadapan raja Fir’aun yang terkenal sangat kejam. Dapat kita bayangkan bagaimana besarnya kekuasaan Fir’aun pada waktu itu, apapun perintahnya akan dilaksanakan oleh para pengikutnya tanpa reserve. Namun Nabi Musa tidak dapat dilepaskan dari sifat manusiawinya, tatkala berhadapan dengan tukang-tukang sihir Fir’aun, hampir saja ia kehilangan tsiqoh billahnya, sehingga dalam hatinya muncul perasaan gelisah atau takut, apakah sanggup untuk menandingi kehebatan tukang-tukang sihir.
Disaat itulah ALLOH menguatkan sandaran hatinya, dengan firmanNya :
} فاوجس في نفسه خيفة موسى(67) قلنالاتخف انك انت الاعلى(86) والق ما في يمينك تلقف ماصنعواانماصنعواكيد سخرولايفلح السخرحيث اتى (69
È
Artinya : Maka Musa merasa takut dalam hatinNya ( tatkala melihat ular-ular tukang sihir ) Kami ( ALLOH ) berkata : “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul ( menang ). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat .
Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir belaka. Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang. (Surat Thoha : 67-69).
Begitu mendengar firman ALLOH di atas, kembali hati Musa dipenuhi oleh tsiqoh billah, maka dengan izin ALLOH disertai keteguhan hatinya, ia dapat mengalahkan semua tukang sihir raja Fir'aun.
Begitu pula dengan Nabi Ibrahim as., karena tsiqohnya bulat pada ALLOH, sedikitpun hatinya tiada merasa takut manakala kobaran api menyala-nyala menjilati dirinya, sebuah unggun api yang disiapkan oleh tirani Namrud untuk menghanguskan tubuh Nabi Ibrahim as. Dengan idzin ALLOH api yang panas seketika menjadi dingin, maka selamatlah Nabi Ibrahim as. Sebagaimana Firman ALLOH dalam surat Al-Anbiya ayat 68 - 69 :
Artinya : Mereka berkata : "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan ( berhala ) kamu, jika benar-benar kamu hendak berbuat.(68). Kami berfirman : "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatan atas Ibrahim.(69).
Rasa tsiqoh billah yang tinggi juga dimiliki Nabi Muhammad saw, bagaimana dengan kekuatan hatinya beliau mencoba menentramkan hati Abu Bakar, yang saat itu gemetar karena hatinya merasa gelisah akan keselamatan diri junjungannya, tatkala ia melihat dari cela-cela lubang gua nun jauh di bawah terlihat ratusan orang kafir quraisy dengan senjata terhunus di tangan mereka. Dan pada saat itulah Nabi Muhammad saw dengan mantap menyakinkan diri sahabatnya, sebagaimana tercantum dalam firman ALLOH :
žwÎ) çnrãÝÁZs? ô‰s)sù çnt|ÁtR ª!$# øŒÎ) çmy_t÷zr& tûïÏ%©!$# (#rãxÿŸ2 š†ÎT$rO Èû÷üoYøO$# øŒÎ) $yJèd †Îû Í‘$tóø9$# øŒÎ) ãAqà)tƒ ¾ÏmÎ7Ås»|ÁÏ9 Ÿw ÷bt“øtrB žcÎ) ©!$# $oYyètB ( tAt“Rr'sù ª!$# ¼çmtGt^‹Å6y™ Ïmø‹n=tã ¼çny‰ƒr&ur 7ŠqãYàfÎ/ öN©9 $yd÷rts? Ÿ@yèy_ur spyJÎ=Ÿ2 šúïÏ%©!$# (#rãxÿŸ2 4’n?øÿ¡9$# 3 èpyJÎ=Ÿ2ur «!$# š†Ïf $u‹ù=ãèø9$# 3 ª!$#ur ͕tã íOŠÅ3ym ÇÍÉÈ
Artinya : Ketika keduanya ( Nabi Muhammad saw dan Abu bakar ) berada dalam gua, di waktu dia ( Muhammad ) berkata : "Janganlah kamu berduka cita. Sesungguhnya ALLOH beserta kita" Maka ALLOH menurunkan sakinahNya kepada ( Nabi Muhammad ) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya ( Malaikat ), dan ALLOH menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat ALLOH itulah yang tinggi, ALLOH Maha perkasa lagi bijaksana ).
( Surat At-Taubah:40 ).
Kalau kita renungkan dari peristiwa-peristiwa di atas, betapa pentingnya peranan jiwa (hati) yang tenang di dalam menegakkan dan memperjuangkan kebenaran.
Dalam hati yang tentram akan mudah bersemi rasa iman, yang lambat laun akan terhujam kokoh serta membuahkan sifat akhlaqul karimah. Firman ALLOH dalam Surat Al-Fath ayat 4 berbunyi :
uqèd ü“Ï%©!$# tAt“Rr& spoY‹Å3¡¡9$# ’Îû É>qè=è% tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#ÿrߊ#yŠ÷”zÏ9 $YZ»yJƒÎ) yì¨B öNÍkÈ]»yJƒÎ) 3 ¬!ur ߊqãZã_ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur 4 tb%x.ur ª!$# $¸J‹Î=tã $VJ‹Å3ym ÇÍÈ
Artinya : Dia ALLOH adalah DZAT yang telah menurunkan rasa sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang mu'min supaya bertambah keyakinan (keimanan) bersama iman mereka. Dan bagi ALLOH semua bala tentara yang ada di langit dan di bumi. Dan adalah ALLOH, Maha Memngetahui dan Menghukumi.
Dengan mendekatkan diri kepada ALLOH, maka hati manusia akan dapat menjadi baik, jauh dari sifat-sifat yang tercela. Sebaliknya bila hati manusia jauh dari tuntunan agama, maka hati itu akan menjadi beku dan keras, sehingga sulit untuk diarahkan pada perbuatan yang baik.
Kalau sudah demikian akan berpengaruh besar pada gerakkan jasad yang telah dipenuhi nafsu angkara murka di dalam melakasanakan berbagai bentuk kejahatan.
ALLOH telah mengingatkan kita dengan firmannya :
§NèO ôM|¡s% Nä3ç/qè=è% .`ÏiB ω÷èt/ šÏ9ºsŒ }‘Îgsù Íou‘$yÚÏtø:$$x. ÷rr& ‘‰x©r& Zouqó¡s% 4 ¨bÎ)ur z`ÏB Íou‘$yfÏtø:$# $yJs9 ã¤fxÿtFtƒ çm÷ZÏB ã»yg÷RF{$# 4 ¨bÎ)ur $pk÷]ÏB $yJs9 ß,¤)¤±o„ ßlã÷‚uŠsù çm÷YÏB âä!$yJø9$# 4 ¨bÎ)ur $pk÷]ÏB $yJs9 äÝÎ6öku‰ ô`ÏB ÏpuŠô±yz «!$# 3 $tBur ª!$# @@Ïÿ»tóÎ/ $£Jtã tbqè=yJ÷ès? ÇÐÍÈ
Artinya : Kemudian keras hati kamu sesudah demikian ALLOH perlihatkan kebesaranNya, maka hatimu bagaikan batu bahkan lebih keras dari batu. Sesungguhnya kerasnya batu masih dapat dipecahkan oleh aliran sungai dan darinya dapat memancarkan air. Dan sesungguhnya tatkala batu berguling semata karena takut kepada ALLOH. Dan tidaklah ALLOH melupakan terhadap apa-apa yang kamu kerjakan. (Surat Al-Baqoroh : 74).
Dari firman ALLOH di atas dapat kita ketahui, betapa kerasnya hati manusia karena kosong dari siraman Nur Illahi. Pada hati yang keras sukar untuk menerima hidayah dan mudah dijangkit penyakit-penyakit rohani, seperti : sombong, dendam, iri hati, dengki bakhil, hasut dan lain-lain. Sudah berapa banyak korban manusia dari zaman ke zaman yang di akibatkan oleh penyakit rohani, dimana peperangan dan pertumpahan darah terjadi dimana-mana, tiada pernah padam menghabiskan banyak harta benda dan nyawa manusia. Kalau hati sudah dipenuhi nafsu angkara murka dapat merubah watak manusia menjadi sangat kejam melebihi kejamnya binatang buas yang hidup dipadang belantara.
Maka panca indra yang dimiliki tidak berfungsi untuk menerima kebenaran. Jadilah dirinya terseret dalam lembah kesesatan yang amat dalam.
Jauh sebelum manusia diciptakan, ALLOH telah memperingatkan manusia dengan firmanNya :
ô‰s)s9ur $tRù&u‘sŒ zO¨YygyfÏ9 #ZŽÏWŸ2 šÆÏiB Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ( öNçlm; Ò>qè=è% žw šcqßgs)øÿtƒ $pkÍ5 öNçlm;ur ×ûãüôãr& žw tbrçŽÅÇö7ム$pkÍ5 öNçlm;ur ×b#sŒ#uä žw tbqãèuKó¡o„ !$pkÍ5 4 y7Í´¯»s9'ré& ÉO»yè÷RF{$%x. ö@t/ öNèd ‘@|Êr& 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNèd šcqè=Ïÿ»tóø9$# ÇÊÐÒÈ
Artinya : Dan sesungguhnya Kami penuhi neraka jahanam itu kebanyakkan dari bangsa jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dapat memahami kebenaran, dan bagi mereka beberapa mata tetapi tidak mau melihat kebenaran, dan bagi mereka beberapa telinga tetapi tidak mau mendengar pada kebenaran. Demikianlah perumpamaan seperti binatang bahkan lebih sesat lagi. Demikian itu mereka tergolong orang yang lupa. (Surat Al-A'rof : 179)
Kalau kita renungkan firman ALLOH di atas, betapa ruginya manusia bila tidak bisa menggunakan mata hatinya pada kebenaran, maka ia akan hidup dalam penderitaan yang tiada batasnya, terkurung dirinya dalam dekapan api neraka.
Oleh karena untuk keselamatan diri manusia itu sendiri sangat dibutuhkan adanya pimpinan jiwa yang dapat membawa manusia ke jalan yang terpuji, sehingga dapat selamat dari kehancuran, terlebih lebih kesengsaraan hidup dikampung akhirat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar